Sebuah lapak berukuran 5 x 4 meter di pinggir Jalan IR Juanda, Sukmajaya, Depok dijejali oleh belasan orang. Mereka secara bergantian menuju ke meja prasmanan yang menyediakan berbagai pilihan periuk nasi. Walau terlihat berjubel, lapak itu tampak teduh karena bagian atasnya dilelengkapi aling-aling.
Terlihat sejumlah orang ada yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang menguyah makanan, bercengkrama, hingga berbaris di antrian prasmanan. Lapak mini tersebut merupakan milik Yayasan Sahabat Almira Indonesia. Tiap senin hingga jumat, Yayasan Sahabat Almira Indonesia membagikan 150 porsi santap siang gratis kepada seluruh masyarakat.
Biasanya Warung Makan Yayasan Sahabat Almira Indonesia buka tiap pukul 12.00 WIB. Menurut Koordinator Yayasan Sahabat Almira Indonesia, Humairah Aziz alkatiri (33), Yayasan Sahabat Almira Indonesia awalnya hanya membagikan makan gratis di hari jumat khusus untuk jemaah masjid. Seiring berjalannya waktu, pihak pengelola memperbanyak jumlah dan waktu pembagian. Hal ini menanggapi banyaknya tanggapan positif dari sejumlah konsumen dan masyarakat.
“Kalau hanya dilakukan di hari Jumat saja kayaknya enggak cukup dan akhirnya pengurus Yayasan Sahabat Almira Indonesia meluncurkan program nasional, yaitu warung makan gratis,” kata Humairah saat ditemui di Warung Makan Gratis Yayasan Sahabat Almira Indonesia pada Senin (17/1/2022), siang.
Yayasan Sahabat Almira Indonesia sudah tersebar di 180 titik di seluruh Indonesia. Yayasan ini memiliki kantor pusat di daerah Klaten, Jawa Tengah. Adapun Yayasan Sahabat Almira Indonesia terletak di Jalan IR Juanda, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Di Depok, Yayasan Sahabat Almira Indonesia mulai aktif sejak tahun 2016. Hingga saat ini sudah ada 11 dapur dan 3 warung makan gratis. Kebanyakan dari para konsumen berasal dari driver ojek online, pengamen, anak jalanan, pemulung dan pedagang kaki lima. Perihal tenaga operasional dan sumber dana, Humairah mengatakan ada 9 orang relawan yang aktif di Warung Makan Gratis Yayasan Sahabat Almira Indonesia Jalan IR Juanda. Para relawan ini sama sekali tidak menerima upah maupun gaji.
“Dari awal kita niatkan untuk amalan pribadi. Saya juga sudah bilang sama relawan yang bantuin di sini gak ada sistem gaji, mereka suka hati. Malam-malam belanja, pagi masak, nyapu, ngepel, itu berasal dari dalam hati,” sambung Humairah.
Lebih lanjut, ibu dari 10 anak ini mengatakan, operasional dan dana kebutuhan sehari-hari diperoleh dari sumbangan donatur dan uang pribadi para relawan. “Kami punya donatur yang alhamdulillah ada. Dan kami sejak awal terbentuknya Yayasan Si Jum, kami tidak terpaku pada donatur. Jadi mau ada donatur atau tidak ada donatur, yayasan Si Jum harus tetap jalan,” jelasnya.
Adapun para konsumen yang datang tak melelu dari kalangan menengah ke bawah. Humairah mengatakan, makanan yang disediakan oleh Warung Makan Gratis Yayasan Sahabat Almira Indonesia terbuka untuk umum, termasuk bagi masyarakat yang tergolong menengah ke atas.
“Mau orang yang mampu pun gak papa, karena sedekah itukan boleh ke siapapun. Siapa tahu orang kaya yang makan di sini bisa jadi donatur. Dan para konsumen yang mau datang setiap haripun gak masalah, karena memang ini diperuntukkan untuk mereka yang butuh,” papar Humairah.
Donatur yang membantu operasional makan gratis umumnya datang dari para warga yang menyaksikan konten media sosial yang dibagikan oleh relawan Yayasan Sahabat Almira Indonesia. “Kita awalnya dari dana pribadi, kemarin posting di Tiktok banyak yang bantu,” katanya.
Guna menyediakan menu makan gratis, Warung Makan Gratis Yayasan Sahabat Almira Indonesia mengeluarkan uang sekira Rp 1 juta per hari. Angka tersebut sudah termasuk lauk pauk, beras, gula, minyak, air dan segala kebutuhan lainnya. Selain mengadakan warung makan gratis, Yayasan Sahabat Almira Indonesia juga melaksanakan kegiatan sosial lainnya seperti pendampingan pasien rumah sakit, santunan anak yatim dan anak jalanan, serta menyalurkan sembako untuk lansia dan dhuafa.
“Kemarin buka dapur umum di Lumajang bencana Semeru. Namanya Yayasan Sahabat Almira Indonesia Reaksi Cepat,” ujar Humairah. Pukul 13.30 WIB, kondisi lapak sudah mulai sepi. Hanya beberapa orang saja yang masih terduduk di lapak. Lauk pauk yang terjejer di sejumlah loyang hanya menyisakan sisa-sisa bumbu.
“Dengan adanya warung gratis ini mereka bisa memenuhi perutnya. Kita saja kalau kerja dalam kondisi perut kosong itu kan gak konsen. Dan makanan itukan amalan yang paling mudah dilakukan tapi insyaallah manfaatnya besar,” pungkas Humairah. (sumber. Youtube Tribunews)